Sabtu, 13 Februari 2021

 Indahnya berbagi.... 


*Hukuman Salang* 

( kredit kepada Nazim Shirekan )


Orang-orang Melayu masa lampau memiliki metode hukuman mati yang khas, disebut Hukuman Salang. Orang dijatuhi hukuman ini akan ditikam tepat dicelah tulang selangka yang kemudian tikaman diteruskan hingga mengenai jantung. Senjata yang dipakai biasanya Lembing, Tombak, ataupun Keris, cuma lebih sering menggunakan Keris, dan keris khusus ini disebut dengan nama Keris Salang atau Keris Bahari (Keris Alang di Pahang). Keris ini pemberian Sultan pada orang yang diangkat sebagai pelaksana hukuman yang disebut Penyalang. 


Keris maupun Tombak yang telah ditikamkan ke jantung terhukum kemudian dicabut dan luka tikaman akan diseka dengan kain ataupun kapas. 


Hukuman ini menyebabkan si terhukum akan mati dengan luka parah tapi tubuhnya tetap dalam keadaan baik. Hanya sebuah luka diatas bahu. Salah satu sebab yang membuat banyak orang barat kagum kerna kebanyakan hukuman mati akan merusak tubuh si pelaku. 


Cara-cara penghukuman menyalang ini dilaksanakan telah dicatat secara jelas oleh T.J Newbold (diperoleh dari Mr. Westerhout, Superintendan di negeri Naning - tahun 1839) seperti berikut :


"Orang salah yang telah diikat dibawa ke Bukit Penialang, yang terletak berhampiran dengan Tabu. Seorang Penghulu, Empat Suku, 12 orang Panglima, Bendahara dan Makdum meletakkan hukum dan mereka ini duduk di bawah pokok-pokok tambusai yang tumbuh di pinggir sebuah bukit. Orang-orang saksi mara (maju) ke hadapan dan disoal oleh penghulu.


Setelah pasti orang salah itu betul membuat salah, dia dijatuhkan hukum mengikut undang-undang Islam, yang sesuai mengikut adat Minangkabau, iaitu didenda dengan wang sebanyak satu bhar (bersamaan dengan 24 ringgit dan 30 sen wang Sepanyol ketika itu) ataupun kena salang dengan keris. Oleh kerana tidak mampu untuk membayar denda maka persediaan bagi menyalangnya dengan secepat mungkin dijalankan. Kubur digali di tempat itu juga dan orang salah, yang masih diikat, duduk ditepi lubang kubur.


Bagi keselamatan, 2 orang panglima duduk disebelah kiri dan kanannya, dan sambil itu pula Panglima Besar Sumum mencabutkan Keris Panjangnya dan menempatkan sekeping kapas di hujung mata keris itu. Ia menempatkan hujung mata keris itu di sebalik atas tulang selangka kanan orang salah, dan sambil memegang keping kapas dengan jari tangan kirinya, lalu keris ditikam secara miring dalam anggota badan orang salah itu sehingga sampai ke hulu keris itu. Kemudian mata keris di tarik keluar dan dalam masa itu juga keping kapas masih dipegang lagi supaya jangan darahnya mengalir keluar.


Orang salah, menggigil dengan kuatnya, ditolak jatuh ke dalam kubur. Tetapi apabila orang itu meminta hendak minum air, ianya dibangkitkan. Sebelum sempat menempatkan bibir tempurung yang berisi air ke dalam mulutnya dia pun jatuh ke dalam kubur menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dengan serta merta mayatnya ditimbus dan kemudian kesemua yang hadir pun bersurailah pulang ke tempat masing-masing."


Rujukan : buku "Mata Keris dan Bentuknya" halaman 209


- foto hibah pusaka atas nama anak lanang... Di museum keris Surakarta

- foto salah satu cara dari bahu... Yang sering dari mulut ( di hukum laut ) 

- foto bilah menusuk dari bahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar